AWS SAA-C03 – 50 Soal Story-Based

🧩 Security & Access Control

C · Bobot 4/4: IAM Role untuk EC2 menghindari kredensial statis dan mengikuti best practice AWS untuk akses S3 dari compute.

A · Bobot 3/4: Parameter Store mengamankan penyimpanan kredensial, tetapi masih menggunakan long-term key.

D · Bobot 2/4: Pre-signed URL aman untuk akses objek spesifik, namun menambah kompleksitas dan tidak menyelesaikan isu kredensial internal.

B · Bobot 1/4: Memutar key lebih aman dibanding statis, tapi tetap tidak sebaik menghindari key sama sekali.

C · Bobot 4/4: Customer managed CMK memberi kontrol penuh atas policy, rotasi, dan audit KMS sehingga paling sesuai tuntutan auditor.

B · Bobot 3/4: SSE-KMS AWS managed sudah memberi audit KMS, namun kontrol policy lebih terbatas.

D · Bobot 2/4: Client-side encryption sangat kuat, tetapi menambah kompleksitas pengelolaan kunci di sisi aplikasi.

A · Bobot 1/4: SSE-S3 termudah diaktifkan, tetapi hampir tidak ada kontrol terhadap kunci.

A · Bobot 4/4: Secrets Manager dirancang untuk rahasia dengan rotasi otomatis dan integrasi RDS sehingga paling tepat.

B · Bobot 3/4: Parameter Store aman dan lebih murah, namun rotasi masih perlu diatur manual.

C · Bobot 2/4: Enkripsi env var membantu, tetapi tetap menyimpan rahasia di definisi task.

D · Bobot 1/4: Menyimpan rahasia di EFS menambah kompleksitas dan bukan pola umum untuk secret.

B · Bobot 4/4: Organization Trail di AWS Organizations adalah cara paling terpusat dan konsisten untuk audit seluruh akun.

A · Bobot 3/4: Trail per akun dengan S3 terpusat juga valid, meski pengelolaannya lebih manual.

D · Bobot 2/4: Metric filter di CloudWatch membantu deteksi, tetapi tergantung konfigurasi log CloudTrail.

C · Bobot 1/4: AWS Config melengkapi audit konfigurasi, namun bukan pengganti CloudTrail untuk API call.

A · Bobot 4/4: AWS WAF dengan managed rule langsung menargetkan serangan layer 7 seperti SQLi dan XSS.

C · Bobot 3/4: CloudFront mengurangi beban dan menyerap sebagian besar serangan di edge.

B · Bobot 2/4: Shield Advanced menambah proteksi DDoS, namun berbiaya tinggi dan biasanya untuk aset kritis.

D · Bobot 1/4: Security Group ketat adalah hygiene dasar, tetapi tidak cukup menangani SQLi/dll sendiri.

A · Bobot 4/4: Gateway Endpoint untuk S3 mengirim traffic langsung ke jaringan AWS tanpa biaya NAT dan merupakan pola resmi untuk S3/DynamoDB.

B · Bobot 3/4: Interface Endpoint bisa digunakan, meski biasanya untuk layanan lain; sedikit lebih mahal.

C · Bobot 2/4: NAT Instance mengurangi biaya fixed, tetapi menambah beban operasi dan masih keluar ke Internet.

D · Bobot 1/4: Mengizinkan akses Internet langsung menghilangkan kontrol keamanan dan bukan best practice.

B · Bobot 4/4: Role cross-account dengan trust policy memberi kontrol terpusat dan lebih fleksibel untuk akses lintas akun.

A · Bobot 3/4: Bucket policy cross-account juga efektif, namun cepat kompleks jika banyak konsumer.

D · Bobot 2/4: Replikasi/penyalinan objek cocok jika setiap akun butuh salinan sendiri, tetapi tidak hemat storage.

C · Bobot 1/4: Pre-signed URL baik untuk akses ad-hoc, namun tidak ideal untuk alur analytics yang rutin dan masif.

A · Bobot 4/4: Cognito User Pool menyediakan user directory, flow login dan token JWT yang terintegrasi dengan API Gateway.

C · Bobot 3/4: JWT custom memberi fleksibilitas, namun menambah beban implementasi dan maintenance.

D · Bobot 2/4: SigV4 cocok untuk akses terautentikasi ke API AWS, tapi kurang user-friendly untuk pengguna aplikasi umum.

B · Bobot 1/4: API key berguna untuk metering dan limit, bukan autentikasi user end-to-end.

A · Bobot 4/4: GuardDuty memang dirancang untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan berdasarkan CloudTrail, VPC Flow Logs, dan DNS logs.

C · Bobot 3/4: Security Hub mengkonsolidasikan temuan keamanan termasuk dari GuardDuty.

D · Bobot 2/4: SIEM eksternal bisa kuat, tetapi menambah biaya dan integrasi tambahan.

B · Bobot 1/4: Metric filter manual berguna untuk pola spesifik, namun tidak selengkap intel otomatis GuardDuty.

B · Bobot 4/4: Menggunakan Access Analyzer dan CloudTrail untuk right-sizing permission adalah pendekatan sistematis ke least privilege.

A · Bobot 3/4: Mengganti role ke yang lebih spesifik adalah langkah utama, meski sering butuh analisis tambahan.

C · Bobot 2/4: Identity Center memudahkan manajemen identitas dan akses lintas akun.

D · Bobot 1/4: Permission boundary membantu membatasi role baru, tapi tidak langsung mengecilkan akses yang sudah berlebih.

🏗️ Resilient Architecture

A · Bobot 4/4: RDS Multi-AZ adalah solusi standar emas untuk HA database relasional dengan failover otomatis < 60 detik.

B · Bobot 3/4: Aurora sangat cepat dan reliable, namun RDS Multi-AZ seringkali lebih "set-and-forget" untuk kebutuhan standar.

D · Bobot 2/4: DynamoDB sangat HA, tetapi NoSQL (bukan relasional) sehingga butuh refactor aplikasi besar-besaran.

C · Bobot 1/4: Database di EC2 dengan snapshot tidak menjamin RTO 1 menit dan rawan data loss (RPO 5 menit).

D · Bobot 4/4: Decoupling dengan SQS adalah cara paling robust menangani lonjakan ekstrem tanpa menjatuhkan backend.

B · Bobot 3/4: Serverless scaling sangat cepat, tetapi tetap ada batas concurrency burst yang perlu diperhatikan.

C · Bobot 2/4: Pre-warming efektif jika jadwal pasti, tapi tidak fleksibel dan mahal (over-provisioning).

A · Bobot 1/4: Auto scaling EC2 butuh waktu menit untuk boot, seringkali terlambat untuk spike detik-an.

B · Bobot 4/4: Backup & Restore adalah strategi termurah. Dengan RTO 4 jam, ini sangat feasible.

A · Bobot 3/4: Pilot Light lebih cepat restore-nya, tapi ada biaya database yang terus menyala.

C · Bobot 2/4: Warm Standby lebih mahal lagi karena compute juga menyala.

D · Bobot 1/4: Active/Active paling mahal (2x biaya), overkill untuk aplikasi non-kritis.

A · Bobot 4/4: EFS adalah solusi native POSIX file system untuk shared access ribuan EC2 Linux.

C · Bobot 3/4: S3 sangat scalable, tapi bukan file system POSIX (perlu ubah aplikasi untuk pakai SDK).

B · Bobot 2/4: EBS Multi-Attach terbatas pada instance tertentu di AZ yang sama dan butuh cluster file system.

D · Bobot 1/4: Rsync tidak scalable dan instance store hilang saat stop/terminate.

A · Bobot 4/4: Arsitektur Multi-AZ di semua layer (App & DB) dengan Load Balancer menghilangkan SPOF.

C · Bobot 3/4: Route 53 Failover bagus, tapi manajemen replika manual lebih rumit dibanding ASG + ALB.

D · Bobot 2/4: CloudFront membantu caching, tapi backend tetap SPOF.

B · Bobot 1/4: Vertical scaling tidak menambah availability, jika instance mati, sistem mati.

A · Bobot 4/4: AWS Backup adalah solusi terpusat, otomatis, dan tahan banting untuk backup policy.

C · Bobot 3/4: Recycle Bin menyelamatkan volume yang terhapus, fitur bagus untuk "accidental deletion".

B · Bobot 2/4: Script manual rawan gagal/error dan tersimpan di server yang sama.

D · Bobot 1/4: RAID melindungi dari disk failure, bukan dari perintah "delete volume" oleh admin.

A · Bobot 4/4: CloudFront adalah solusi paling efektif dan murah untuk mempercepat konten statis global.

B · Bobot 3/4: Global Accelerator bagus untuk konten dinamis/IP tetap, tapi CloudFront lebih umum untuk web berita.

C · Bobot 2/4: Multi-region deployment sangat mahal dan kompleks (sinkronisasi data), opsi terakhir.

D · Bobot 1/4: Bandwidth server tidak mengatasi masalah latency (jarak fisik).

A · Bobot 4/4: SQS menyimpan pesan (buffer) secara persisten sampai Service B siap memproses. Zero data loss.

D · Bobot 3/4: Kinesis juga bisa buffer, tapi lebih kompleks dan diperuntukkan streaming data besar.

B · Bobot 2/4: SNS "fire and forget", jika subscriber mati, pesan bisa hilang (kecuali pakai DLQ/SQS).

C · Bobot 1/4: Retry logic hanya menunda kegagalan; jika B down lama, A bisa kehabisan memori/timeout.

A · Bobot 4/4: Application-level health check memastikan aplikasi benar-benar responsif, bukan cuma port terbuka.

B · Bobot 3/4: Type ELB penting agar ASG mengganti instance yang ditandai unhealthy oleh ALB.

C · Bobot 2/4: Monitoring memori bagus, tapi tidak langsung memberitahu ALB untuk stop kirim traffic.

D · Bobot 1/4: Route 53 Health Check biasanya untuk DNS failover level region/public, bukan antar instance di belakang ALB.

A · Bobot 4/4: Object Lock (Compliance Mode) membuat data tidak bisa dihapus oleh siapapun (termasuk root) selama periode retensi. Anti-ransomware terbaik.

D · Bobot 3/4: Replikasi ke akun terisolasi ("data bunker") sangat aman, tapi lebih kompleks setup-nya.

C · Bobot 2/4: MFA Delete mencegah penghapusan permanen, tapi tidak mencegah penimpaan data (overwrite).

B · Bobot 1/4: Versioning saja tidak cukup, attacker bisa menghapus semua versi jika punya akses.

🚀 High Performance Architecture

A · Bobot 4/4: ElastiCache menyimpan hasil query di memori, mengurangi beban database secara drastis untuk query berulang.

B · Bobot 3/4: Read Replica membantu scaling read, tapi tidak secepat cache in-memory untuk query identik.

D · Bobot 2/4: Vertical scaling solusi sementara dan mahal, tidak efisien untuk read-heavy workload jangka panjang.

C · Bobot 1/4: DAX hanya untuk DynamoDB, tidak bisa digunakan untuk RDS MySQL.

A · Bobot 4/4: DynamoDB dirancang untuk performa single-digit millisecond pada skala apapun, ideal untuk key-value/gaming.

B · Bobot 3/4: RDS bisa menangani ini tapi scalingnya lebih sulit dibanding NoSQL untuk jutaan RPS.

D · Bobot 2/4: Neptune adalah Graph DB, cocok untuk relasi sosial antar pemain, bukan profil/leaderboard umum.

C · Bobot 1/4: Redshift adalah Data Warehouse (OLAP) untuk analitik, sangat lambat untuk transaksional (OLTP).

A · Bobot 4/4: Cluster Placement Group menempatkan instance secara fisik berdekatan untuk latency terendah.

B · Bobot 3/4: EFA sangat bagus untuk HPC/ML, tapi Cluster Placement Group adalah fondasi topologinya.

D · Bobot 2/4: Enhanced Networking standar untuk performa bagus, tapi tidak menjamin kedekatan fisik.

C · Bobot 1/4: Partition Placement Group justru menyebar instance untuk availability, bukan performa jaringan.

A · Bobot 4/4: S3 Transfer Acceleration memanfaatkan jaringan edge CloudFront untuk merutekan upload ke S3 lewat jalur optimal AWS.

B · Bobot 3/4: Multipart Upload wajib untuk file besar, tapi tidak mempercepat routing jaringan global sendiri.

C · Bobot 2/4: Global Accelerator bisa membantu, tapi S3 Transfer Acceleration lebih spesifik dan terintegrasi untuk S3.

D · Bobot 1/4: Direct Connect butuh setup fisik di lokasi user, tidak praktis untuk user umum yang tersebar.

A · Bobot 4/4: Kinesis Data Analytics dirancang khusus untuk query/analisis stream windowing secara real-time.

B · Bobot 3/4: Lambda bisa memproses stream, tapi logic windowing/agregasi kompleks harus ditulis manual.

D · Bobot 2/4: EMR Spark Streaming powerful tapi overkill dan maintenance tinggi dibanding serverless Kinesis.

C · Bobot 1/4: Athena bersifat batch/near real-time, tidak cocok untuk alerting detik-an.

A · Bobot 4/4: io2 Block Express memberikan performa tertinggi (sub-millisecond, hingga 256k IOPS) untuk mission-critical DB.

C · Bobot 3/4: Instance Store tercepat, tapi ephemeral (data hilang saat stop), berisiko untuk database utama tanpa replikasi kuat.

B · Bobot 2/4: gp3 bagus dan hemat, tapi max IOPS-nya (16k) mungkin kurang untuk kebutuhan ekstrem ini.

D · Bobot 1/4: EFS latency-nya lebih tinggi dibanding EBS, kurang cocok untuk database primer.

A · Bobot 4/4: Provisioned Concurrency menjaga environment Lambda tetap hangat, menghilangkan cold start sepenuhnya.

C · Bobot 3/4: Bahasa compiled (Go/Rust) punya cold start lebih cepat dibanding Java/Net, tapi tidak 0.

B · Bobot 2/4: Caching membantu request berulang, tapi request unik/pertama tetap kena cold start.

D · Bobot 1/4: ALB trigger tidak mempengaruhi cold start Lambda.

A · Bobot 4/4: Scaling berdasarkan jumlah pesan (backlog per instance) adalah cara paling presisi untuk menjaga queue tetap rendah.

B · Bobot 3/4: Lambda scaling otomatis sangat cepat, opsi bagus jika processing time pendek (< 15 menit).

C · Bobot 2/4: Vertical scaling ada batasnya, horizontal scaling (opsi A) lebih superior untuk queue processing.

D · Bobot 1/4: Short polling justru bisa meningkatkan biaya API call dan empty receive, Long polling lebih disarankan.

A · Bobot 4/4: CloudFront men-cache konten di edge location dekat user, solusi standar de-facto untuk CDN video.

D · Bobot 3/4: Replikasi S3 mendekatkan data, tapi biaya storage membengkak dan tidak secepat edge cache.

B · Bobot 2/4: Transfer Acceleration untuk upload cepat, bukan untuk distribusi download/streaming massal.

C · Bobot 1/4: Global Accelerator lebih untuk aplikasi IP-based non-HTTP, CloudFront lebih superior untuk HTTP content.

A · Bobot 4/4: Format columnar (Parquet) + partisi secara drastis mengurangi data yang discan Athena, meningkatkan speed & hemat biaya.

B · Bobot 3/4: Redshift Spectrum bagus jika sudah punya cluster Redshift, tapi format data tetap perlu dioptimalkan.

D · Bobot 2/4: S3 Select mempercepat pengambilan subset data, tapi tidak seefisien konversi format untuk analitik kompleks.

C · Bobot 1/4: Import ke RDS mahal dan tidak scalable untuk data historis S3 yang besar.

💰 Cost Optimization

A · Bobot 4/4: Spot Instances menawarkan diskon hingga 90% dan sangat cocok untuk workload stateless/fault-tolerant seperti simulasi ini.

B · Bobot 3/4: Reserved Instances hemat (diskon ~70%), tapi butuh komitmen 1-3 tahun. Kurang fleksibel dibanding Spot untuk job malam hari.

C · Bobot 2/4: On-Demand paling mahal, tidak ada diskon.

D · Bobot 1/4: Dedicated Hosts paling mahal, biasanya untuk lisensi khusus, bukan penghematan biaya.

A · Bobot 4/4: S3 Standard-IA (Infrequent Access) jauh lebih murah untuk storage, dengan retrieval time milidetik. Cocok untuk pola akses 30 hari ini.

C · Bobot 3/4: Intelligent-Tiering otomatis memindahkan, tapi ada monitoring fee. Bagus jika pola akses tidak terprediksi.

B · Bobot 2/4: Glacier Deep Archive paling murah, tapi retrieval time jam-jaman (bukan milidetik), melanggar requirement.

D · Bobot 1/4: S3 Standard paling mahal untuk data arsip jangka panjang.

A · Bobot 4/4: Gateway Endpoint untuk S3 & DynamoDB GRATIS dan traffic tidak lewat NAT Gateway, langsung memangkas biaya processing.

D · Bobot 3/4: Interface Endpoint bisa digunakan, tapi berbayar per jam + data processing. Gateway Endpoint lebih superior untuk S3/DDB.

B · Bobot 2/4: NAT Instance lebih murah secara fixed cost, tapi performa network terbatas tipe instance.

C · Bobot 1/4: Memindahkan ke public subnet mengekspos database/backend ke internet, risiko keamanan besar.

A · Bobot 4/4: Compute Optimizer menggunakan machine learning untuk menganalisis history dan memberi rekomendasi spesifik (misal: m5.large -> t3.medium).

B · Bobot 3/4: Cost Explorer memberi report idle resource, tapi Compute Optimizer lebih mendalam analisis teknisnya.

C · Bobot 2/4: Trusted Advisor memberi alert idle instance, tapi rekomendasinya basic.

D · Bobot 1/4: Manual review sangat memakan waktu dan tidak scalable.

A · Bobot 4/4: Optimize CPUs memungkinkan kita menonaktifkan Hyperthreading atau mematikan core tertentu agar sesuai lisensi, sambil tetap dapat RAM/Network penuh.

B · Bobot 3/4: Dedicated Host membantu visibility socket/core untuk compliance, tapi Optimize CPUs lebih granular mengontrol vCPU aktif.

C · Bobot 2/4: Instance kecil (r5.large) mungkin RAM-nya kurang. Masalahnya butuh RAM besar tapi CPU sedikit.

D · Bobot 1/4: License Included mahal, skenario ini adalah BYOL (Bring Your Own License).

A · Bobot 4/4: Compute Savings Plans memberi fleksibilitas tertinggi (lintas region, family, bahkan Fargate/Lambda) dengan diskon besar (~66%).

B · Bobot 3/4: EC2 Instance Savings Plans diskonnya lebih besar (~72%) tapi TIDAK fleksibel region/family (terikat region & family tertentu).

D · Bobot 2/4: Convertible RI fleksibel tapi manajemennya manual (harus exchange) dan diskon lebih kecil dari SP.

C · Bobot 1/4: Standard RI tidak fleksibel sama sekali (terikat AZ/Region/Type).

A · Bobot 4/4: Security Savings Bundle memberi diskon hingga 30% untuk CloudFront bill dengan komitmen usage 1 tahun (+ gratis WAF).

D · Bobot 3/4: Price Class 100 membatasi edge location ke region murah (US/EU), mengurangi biaya tapi latency naik untuk user Asia/Latam.

B · Bobot 2/4: Origin region tidak terlalu pengaruh ke biaya egress CloudFront ke internet.

C · Bobot 1/4: Mengurangi TTL justru menambah request ke origin, bisa menambah biaya fetch.

A · Bobot 4/4: DLM adalah tool native gratis untuk mengelola lifecycle snapshot EBS (create, retain, delete).

B · Bobot 3/4: EBS Snapshot Archive (Glacier tier) sangat murah untuk snapshot yang jarang diakses (retensi > 90 hari).

D · Bobot 2/4: AWS Backup juga bisa, tapi DLM lebih spesifik/ringan jika hanya untuk EBS snapshot management.

C · Bobot 1/4: Manual delete tidak scalable dan rawan human error.

A · Bobot 4/4: AWS Budgets 'Forecasted' bisa memberi peringatan DINI sebelum budget benar-benar habis, berdasarkan tren penggunaan.

B · Bobot 3/4: CloudWatch Billing Alarm hanya trigger jika biaya SUDAH menyentuh angka tersebut (reaktif).

C · Bobot 2/4: Anomaly Detection bagus untuk spike tiba-tiba, tapi bukan untuk limit budget bulanan tetap.

D · Bobot 1/4: Custom script menambah maintenance burden padahal ada fitur native.

A · Bobot 4/4: Cost Allocation Tags adalah cara paling granular untuk melacak biaya resource dalam satu akun atau lintas akun.

B · Bobot 3/4: Akun terpisah memberi isolasi billing yang jelas, tapi tagging tetap dibutuhkan untuk detail resource di dalam akun.

C · Bobot 2/4: Cost Categories fitur advanced untuk grouping logic rule-based, pelengkap tagging.

D · Bobot 1/4: CloudTrail mencatat API activity, bukan biaya. Sangat sulit mapping ke dollar.

🚚 Data & Migration

A · Bobot 4/4: DMS dengan CDC mereplikasi perubahan data secara real-time, memungkinkan database tetap sinkron sampai detik-detik terakhir cutover (near-zero downtime).

C · Bobot 3/4: Dump & Restore metode valid, tapi untuk 2TB butuh waktu berjam-jam (downtime lama), melanggar syarat 15 menit.

B · Bobot 2/4: SCT hanya untuk konversi skema (DDL), tidak memindahkan data (DML).

D · Bobot 1/4: Snowball butuh waktu pengiriman fisik berhari-hari, tidak cocok untuk live migration dengan downtime minimal.

B · Bobot 4/4: Snowmobile didesain untuk skala Exabyte (hingga 100PB per truk). 5PB bisa diangkut sekali jalan dengan sangat cepat.

A · Bobot 3/4: Snowball Edge (kapasitas ~80TB) butuh puluhan device (5000TB / 80TB = ~63 device). Bisa, tapi logistiknya repot.

C · Bobot 2/4: Direct Connect 10Gbps butuh waktu ~50 hari full speed (teoritis), mepet deadline dan mahal setup-nya.

D · Bobot 1/4: Lewat internet 1Gbps butuh waktu > 1 tahun. Tidak mungkin.

A · Bobot 4/4: Direct Connect menyediakan jalur fisik dedicated (fiber) yang tidak lewat internet umum, menjamin bandwidth & latency stabil.

B · Bobot 3/4: VPN lewat internet publik, performanya fluktuatif (jitter/latency tidak terjamin) meski aman (encrypted).

C · Bobot 2/4: Transit Gateway adalah hub untuk menghubungkan banyak VPC/VPN, bukan tipe koneksi fisik itu sendiri.

D · Bobot 1/4: VPC Peering hanya untuk koneksi antar VPC di AWS, bukan ke on-premise.

A · Bobot 4/4: File Gateway menyediakan cache lokal (SMB/NFS) untuk akses cepat, sambil menyimpan data aslinya di S3. Seamless untuk user.

B · Bobot 3/4: DataSync bagus untuk migrasi satu arah atau sync terjadwal, tapi tidak menyediakan interface SMB/NFS real-time cache.

C · Bobot 2/4: Script manual rumit, tidak ada caching lokal, dan user harus akses S3 langsung (beda protokol).

D · Bobot 1/4: Transfer Acceleration hanya mempercepat upload, tidak menyediakan file share interface.

A · Bobot 4/4: MGN (pengganti SMS) adalah tool utama untuk lift-and-shift migrasi server. Integrasi vCenter memungkinkan replikasi agentless (via appliance).

B · Bobot 3/4: VM Import/Export manual per image (OVA/VMDK), sangat lambat untuk 100 VM.

D · Bobot 2/4: Redeploy manual (Replatforming) butuh effort besar, bukan "cepat".

C · Bobot 1/4: SMS sudah digantikan MGN, meski konsepnya sama.

A · Bobot 4/4: CloudWatch Agent didesain untuk membaca file log lokal dan mengirimnya ke CloudWatch Logs stream secara real-time.

B · Bobot 3/4: Script manual bisa jalan tapi tidak menangani rotasi log, buffering, dan retry sebaik agent resmi.

C · Bobot 2/4: Kinesis Agent biasanya untuk kirim ke Firehose (S3/Redshift), bukan langsung search di CloudWatch Logs console.

D · Bobot 1/4: EFS hanya shared storage, tidak menyediakan fitur search/analisis log.

A · Bobot 4/4: Identity Center adalah solusi modern dan terpusat untuk SSO, mudah diintegrasikan dengan AD on-prem atau Azure AD.

D · Bobot 3/4: SAML federation valid, tapi Identity Center membungkus kompleksitas ini dengan portal user yang lebih baik.

C · Bobot 2/4: Managed AD dengan trust relationship bisa, tapi lebih mahal dan kompleks jika hanya untuk login console.

B · Bobot 1/4: IAM User manual adalah mimpi buruk manajemen (tidak tersinkron dengan AD saat karyawan keluar).

A · Bobot 4/4: Untuk End-to-End Encryption, traffic backend (ALB -> EC2) juga harus HTTPS. Ini berarti EC2 harus punya sertifikat dan decrypt traffic.

B · Bobot 3/4: SSL Termination di ALB adalah standar umum (aman di internet, plain di VPC), tapi tidak memenuhi syarat "End-to-End" auditor ketat.

C · Bobot 2/4: PrivateLink untuk koneksi antar VPC/Service, bukan untuk enkripsi ALB-EC2 internal.

D · Bobot 1/4: Memblokir port 80 hanya memaksa penggunaan port lain, tidak menjamin enkripsi.

A · Bobot 4/4: Blue/Green membuat environment baru (Green) paralel dengan yang lama (Blue). Switch traffic instan via DNS/LB. Rollback juga instan (switch balik).

C · Bobot 3/4: Canary bagus untuk tes sebagian user, tapi rollback total mungkin butuh waktu jika sudah terlanjur rollout banyak.

B · Bobot 2/4: Rolling update mengganti instance satu per satu. Jika gagal di tengah, rollback butuh redeploy versi lama (lambat).

D · Bobot 1/4: In-Place ada downtime saat restart service di instance yang sama.

A · Bobot 4/4: Pola SNS Fan-out adalah best practice untuk memisahkan (decouple) proses yang berbeda dari satu event source.

B · Bobot 3/4: Lambda tunggal (Monolithic) bisa jalan, tapi jika salah satu tugas gagal/lambat, seluruh fungsi terganggu (tightly coupled).

D · Bobot 2/4: Step Functions valid untuk orkestrasi, tapi trigger via CloudTrail (management event) lebih lambat/mahal dibanding S3 native notification.

C · Bobot 1/4: Polling adalah anti-pattern dalam event-driven architecture (boros & lag).

Petunjuk

🧩 Security & Access Control

1) Akses S3 dari aplikasi di EC2

2) Enkripsi data sensitif di S3

3) Menyimpan rahasia database

4) Audit aktivitas di banyak akun AWS

5) Melindungi aplikasi web publik

6) Akses privat ke S3 dari subnet privat

7) Akses cross-account ke bucket S3

8) Autentikasi pengguna ke API

9) Deteksi ancaman dan anomali keamanan

10) Prinsip least privilege untuk IAM

🏗️ Resilient Architecture

11) High Availability untuk Database Relasional

12) Menangani Lonjakan Trafik Tiba-tiba

13) Disaster Recovery (DR) Hemat Biaya

14) Penyimpanan File Bersama untuk Cluster Web

15) Menghindari Single Point of Failure (SPOF)

16) Proteksi Data EBS

17) Global Application Performance

18) Decoupling Microservices

19) Monitoring Kesehatan Aplikasi

20) Mengamankan Data S3 dari Ransomware

🚀 High Performance Architecture

21) Mempercepat Query Database Read-Heavy

22) Penyimpanan Data Key-Value Skala Besar

23) Optimasi Jaringan Antar EC2

24) Mempercepat Upload File Besar

25) Analitik Data Streaming Real-time

26) Storage Performa Tinggi untuk Database EC2

27) Serverless API dengan Latency Rendah

28) Memproses Antrian Pesan dengan Cepat

29) Distribusi Konten Video Statis

30) Query Data Historis di S3

💰 Cost Optimization

31) Menghemat Biaya Compute untuk Batch Processing

32) Optimasi Biaya Penyimpanan S3 Jarang Diakses

33) Mengurangi Biaya Data Transfer NAT Gateway

34) Right-Sizing Instance EC2

35) Database Licensing Optimization

36) Komitmen Jangka Panjang Compute

37) Mengurangi Biaya Egress CloudFront

38) Biaya EBS Snapshot yang Membengkak

39) Budget Alerting

40) Multi-Account Cost Allocation

🚚 Data & Migration

41) Migrasi Database On-Premise ke AWS dengan Downtime Minimal

42) Transfer Data Petabyte ke AWS

43) Koneksi Hybrid Cloud Stabil

44) Sinkronisasi File Server On-Prem ke S3

45) Migrasi VM VMWare ke AWS

46) Mengirim Log Aplikasi ke CloudWatch

47) Integrasi Direktori On-Premise

48) Enkripsi Data in Transit

49) Strategi Deployment Tanpa Downtime

50) Event-Driven Architecture